Senin, 03 Juni 2013

Peluang & Prospek Usaha Jagung Hibrida

Jagung merupakan komoditas utama setelah padi yang sangat strategis, bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.
Di masa yang akan datang permintaan jagung akan lebih meningkat, karena fungsi jagung sebagai bahan baku industri menjadi tambah beragam. Jagung tidak lagi hanya dipergunakan untuk sumber makanan dan pakan, tetapi telah dikembangkan menjadi bahan baku industri etanol yang merupakan bahan bakar kendaraan terbarukan sebagai pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi).
Persentase penggunaan jagung untuk industri etanol dunia terus meningkat, sebaliknya penggunaan untuk pakan cenderung terus merosot dari sekitar 80% pada tahun 1960 menjadi 67% pada tahun 1970 dan 60% pada tahun 1990, hingga pada tahun 2006 ini diperkirakan tinggal 51%. Akibatnya negara-negara produsen jagung utama dunia, mengurangi pasokannya. Sehingga stok jagung dunia menjadi berkurang karena tersedot untuk industri etanol.
Hal tersebut merupakan sebuah peluang, karena apabila Indonesia tahun 2012 berhasil berswasembada jagung, atau Propinsi Nusa Tenggara Barat berhasil mewujudkan “Program 1 Juta Ton Jagung”, akan sangat membantu dalam mencegah ketergantungan pada jagung impor. Bahkan apabila digarap dengan serius, peluang untuk ekspor jagung sangat besar sehingga akan membuka terciptanya ribuan lapangan pekerjaan baru.
Di Propinsi Nusa Tenggara Barat, potensi lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, tersedia cukup luas sehingga peningkatan luas areal tanam jagung masih dapat dilakukan. Disamping itu, kesenjangan produktivitas yang dapat dicapai antara petani dengan para peneliti cukup tingi, karena teknologi budidaya yang diterapkan sebagian besar petani belum intensif.
Potensi untuk mengembangkan jagung dilihat dari sumber daya alam maupun luas lahan, sangat mendukung, harganya relatif stabil (bahkan beberapa tahun terakhir ini harga jagung cenderung membaik ) , teknologi usaha taninya tidak sulit dan tidak terlalu banyak membutuhkan biaya, dan peluang untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan luas areal tanam dan produktivitas, sangat besar.
Hasil Yang Diharapkan
Berdasarkan tujuan umum yang telah disusun, maka hasil yang diharapkan melalui kegiatan ini adalah tercapainya peningkatan produktivitas tanaman jagung, disamping peningkatan kualitas jagung kering dan terciptanya peluang pasar dan hasil produksi jagung, baik bahan mentah, produk setengah jadi maupun bahan ola
Cari Untung di Bisnis Jagung
4
Headline
pb3.info
Diberdayakan oleh Terjemahan
INILAH.COM, Jakarta Pengembangan bioethanol membuat sejumlah komoditas jadi primadona. Salah satunya jagung. Pasarnya kian meluas. Tak heran, banyak pihak swasta menyatakan minat berinvestasi dengan membuka areal penanaman di beberapa daerah. 
Tak percaya? Dengarlah suara Adhie Widiarto, Market Development Manager PT Dupont Indonesia, produsen benih jagung hibrida. Menurutnya, pihaknya mendapat banyak tawaran kerja sama mengelola lahan jagung dalam skala luas.
"Sejumlah pengusaha telah menyatakan minatnya untuk melakukan investasi di sektor agribisnis jagung. Investasi di bidang ini sangat menguntungkan saat ini," katanya di sela panen perdana jagung hibrida P21 di Kawasan Industri Pupuk Kujang di Kabupaten Karawang Jawa Barat, Sabtu (12/7).
Adhie enggan menyebut pengusaha yang berminat. Dia hanya mengungkapkan beberapa wilayah yang dilirik swasta untuk pengembangan jagung. Wilayah itu antara lain Merauke, Papua, seluas 153 ribu hektar dari potensi lahan 300 ribu hektar. Juga Sumatera Utara (15 ribu hektar), Riau (7 ribu hektar), Kalimantan (22 ribu hektar), dan Sulawesi (50 ribu hektar).
Sementara Direktur Utama PT APB, Omay K Wiraatmadja menyatakan kesiapannya mengembangkan usaha pertanaman jagung di areal seluas 1.000 hektar khusus untuk Jawa Barat dalam dua tahun mendatang. Pertimbangannya, provinsi tersebut belum optimal produksi jagungnya dibanding Jateng dan Jatim.
"Pengembangan areal seluas itu akan dilakukan secara bertahap. Pada awalnya seluas 100 ha, kemudian setiap enam bulan dilakukan peningkatan sekitar 100 ha," ujarnya.
Pengembangan lahan jagung itu akan dilakukan secara inti maupun plasma, yakni dengan bekerjasama dengan petani. PT APB akan menanggung sarana produksi seperti pupuk, benih, dan menjamin pembelian hasil panen petani.
"Harga jagung di dalam negeri saat ini dalam kondisi yang baik yakni mencapai Rp 3.600/kg pipilan kering, naik dibanding tahun lalu yang hanya Rp 2.200/kg atau sekitar Rp 800 ribu/ton jagung tongkol dari Januari 2008 yang masih Rp 650 ribu/ton jagung tongkol," kata Omay yang juga Mantan Dirut PT Pupuk Kujang itu.
Ketertarikan para pengusaha swasta itu tidak lepas dari lonjakan harga jagung di pasar internsional. Hal itu disebabkan tingginya permintaan jagung akibat penggunaan energi alternatif biofuel di negara-negara maju.
Dirjen Tanaman Pangan Departemen Sutarto Alimoeso mengatakan, hingga 2017 harga jagung akan bertahan pada tingkatan yang mahal sehingga merupakan kondisi yang tepat untuk mengembangkan komoditas jagung di dalam negeri. Harga jagung impor sudah menembus US$ 303 per ton. Ditambah bea masuk 5%, harga jagung di Tanah Air menjadi Rp 3.000-Rp 3.100 per kg. Adapun harga jagung lokal saat ini berkisar Rp 2.300-Rp 2.900 per kg.
Menurut data Departemen Pertanian AS, pertumbuhan konsumsi jagung dunia lima tahun terakhir mencapai 2,7% atau melampaui tingkat pertumbuhan produksi sekitar 1,7%. Hal itu dipicu tingginya permintaan jagung sebagai bahan baku bioethanol di AS, Uni Eropa, dan China. Selain itu, juga karena meningkatnya kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dan industri makanan.
Wajar saja bila jagung menjadi rebutan sehingga harganya melambung. Menurut data USDA April lalu, stok jagung dunia hanya 99 juta ton, angka terendah sejak 1983. Tahun ini, produksi jagung dunia ditaksir 778 juta ton. Sedangkan kebutuhannya diperkirakan mencapai 788 juta ton.
Sekjen Asosiasi Perusakan Pakan Indonesia (GPMT), Fenni Firman Gunadi mengatakan, pabrik pakan nasional membutuhkan 350 ribu ton jagung per bulan. Namun, karena pasokan jagung dari petani belum bisa kontinyu, terkait penanaman dan panen jagung berlangsung musiman, pabrikan selalu melakukan impor. Pada 2005, Indonesia impor jagung 400 ribu ton, tahun 2006 1,7 juta ton. Meski tahun 2007 turun menjadi 670 ribu ton, tahun ini pabrik pakan diperkirakan butuh pasokan 3,8 juta ton.
"Kurun Januari-April, belum ada pabrik pakan yang mengimpor jagung. Sebab pasokan lokal masih mencukupi. Namun dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, di bulan Mei, Juni, dan Oktober jagung impor masuk. Sebab pada bulan itulah pasokan dari lokal kosong," urai Fenni.
Permasalahannya adalah saat ini impor lebih sulit, karena pasokannya seret. Amerika, Brasil dan China sebagai sumber jagung sudah menjadi rebutan dunia. Paling bisa mendatangkan dari India. Hanya saja, kualitas jagung India belum pernah menonjol. 
"Seharusnya Indonesia sudah swasembada jagung sehingga tidak perlu repot impor," keluh Fenni. [I4]han.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar